LAPORAN
AKHIR PRAKTIKUM GENETIKA
MUTASI DUPLIKASI JUMLAH KROMOSOM DAN KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN MELON
MUTASI DUPLIKASI JUMLAH KROMOSOM DAN KARAKTER MORFOLOGI TANAMAN MELON
Disusun
Oleh:
Kelompok
I
Izfar Anas 201010200311015
Sabdin Syam Tanjung 201010200311024
Rahman Wahyudi 201010200311026
Sabdin Syam Tanjung 201010200311024
Rahman Wahyudi 201010200311026
LABORATORIUM
AGRONOMI
JURUSAN
AGRONOMI
FAKULTAS
PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN
.............................................................................................. 1
1.1
LATAR BELAKANG ................................................................... 1
1.2
TUJUAN ........................................................................................ 2
2. TINJAUAN
PUSTAKA ...................................................................................... 3
2.1
KROMOSOM ............................................................................... 3
2.2
MUTASI KROMOSOM ............................................................... 3
2.3
KOLKISIN MENGINDUKSI POLIPLOIDI ............................... 4
3. METODE
KERJA ............................................................................................... 5
3.1
ALAT DAN BAHAN ...................................................................... 6
3.2
CARA KERJA ................................................................................ 6
4. HASIL
DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 7
4.1
PEMBAHASAN .............................................................................. 7
5. PENUTUP
............................................................................................................. 8
5.1
KESIMPULAN ................................................................................ 9
5.2
SARAN ............................................................................................. 9
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 10
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Siklus hidupnya tanaman selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
dipengaruhi oleh faktor genetik tanaman dan faktor lingkungan tanaman di
sekitarnya, dimana faktor genetik yang diwariskan kepada keturunannya dapat berubah
dari generasi ke generasi. Hal tersebut dimungkinkan karena adanya mutasi yang
terjadi pada tanaman. Perubahan genetik dalam tanaman akibat mutasi ada yang
menguntungkan manusia, sehingga akhirnya dikembangkan untuk mempengaruhi
biji-biji yang sedang berkecambah, titik tumbuh, sel induk, serbuk sari, dan
bagian-bagian lain yang bersifat meristematik.
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi bentuk penampilan luar atau
morfologi dari tanaman yang dibudidayakan.
Salah satu bentuk dari perubahan genetik adalah adanya polyploid, yaitu
suatu keadaan (kondisi) dimana individu mempunyai kromosom set (genom) pada
sel-sel somatiknya lebih dari dua. Polyploid dapat berasal dari penggandaan
kromosom set dari spesies tunggal dan ini disebut autoploidi, dan dapat juga
berasal dari kombinasi set kromosom dari dua atau lebih spesies tanaman dan ini
disebut alloploidi.
Alloploidi lebih umum terjadi di
alam. Suatu alloploidi merupakan kombinasi komplemen kromosom dari kedua
spesies hibrid yang fertil. Salah satu
cara untuk mengkondisikan agar sel-sel tanaman dalam keadaan alloploidi adalah
dengan pemberian colchicine. Colchicine
adalah suatu alkaloid yang berfungsi menghambat (mencegah) pembelahan plasma
(division of cytoplasm), tetapi tidak menghambat pembelahan inti (division of
nucleus). Sebagai hasil sesudah
pembelahan sel, jumlah kromosomnya menjadi dua kalinya. Jadi,
colchicine adalah zat yang sangat efektif untuk menggandakan kromosom (proses
polyploidi).
Colchicine dalam perdagangan berbentuk
powder, dapat dilarutkan dalam air dan jika akan dibuat dalam bentuk emulsi
atau pasta perlu ditambahkan lanolin.
Jaringan tanaman yang dalam keadaan membelah dapat diberikan colchicine
dengan berbagai cara dan dengan konsentrasi yang berbeda-beda.
Pada ukuran yang tidak mematikan,
umumnya sangat efektif untuk menggandakan jumlah kromosom. Pengaruh dari perlakuan ini umumnya
mengejutkan dan pertumbuhan sementara terhenti.
Akhirnya dihasilkan jaringan tanaman dengan sel-sel yang tetraploid (4n)
atau 2 kali sel tanaman diploid.
1.2
Tujuan
Tujuan dari pratikum
kali ini adalah mengetahui pengaruh
terjadinya penggandaan kromosom pada tanaman akibat perlakuan colchicine.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kromosom
Kromosom merupakan pembawa bahan genetik yang terdapat di dalam inti sel
setiap makhluk hidup. Kromosom berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus
atau bengkok. Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada struktur
kromosom. Mutasi kromosom bisa terjadi secara spontan ataupun tidak spontan. Salah
satu penyebab mutasi kromosom misalnya adalah radiasi pada kromosom. Akibat
dari mutasi kromosom misalnya adalah berbagai kelainan genetik seperti sindrom
Wolf-Hirschhorn, sindrom Turner, sindrom Klinefelter, dan lainnya.
2.2 Mutasi Kromosom
Mutasi kromosom adalah perubahan yang terjadi pada struktur kromosom.
Mutasi kromosom ini bisa terjadi secara spontan ataupun tidak spontan. Salah
satu penyebab mutasi kromosom misalnya adalah radiasi pada kromosom. Akibat
dari mutasi kromosom misalnya berbagai kelainan genetik seperti sindrom
Wolf-Hirschhorn, sindrom Turner, sindrom Klinefelter, dan lainnya.
Berdasarkan faktor penyebabnya, mutasi dapat dibedakan menjadi dua macam
sebagai berikut.
a. Mutasi alamiah (spontan). Mutasi alam adalah
mutasi yang terjadi dengan sendirinya atau penyebabnya tidak diketahui secara
pasti sehingga mutasi ini terjadi secara spontan. Mutasi alam ini diduga
disebabkan oleh sinar kosmis (proton, positron, photon), sinar radioaktif
(uranium), sinar ultraviolet, dan radiasi ionisasi internal, yaitu bahan
radioaktif dalam suatu jaringan tubuh yang berpindah masuk ke jaringan lainnya.
b. Mutasi induksi (buatan). Mutasi buatan adalah
mutasi yang terjadi akibat campur tangan manusia. Mutasi buatan ini memang
sengaja dibuat oleh manusia untuk suatu kepentingan tertentu dan diambil
manfaatnya. Mutasi buatan ini merupakan awal dari lahirnya rekayasa genetika
dalam bidang bioteknologi.
Mutasi buatan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pemakaian bahan radioaktif
untuk memperoleh bibit unggul, penggunaan radiasi peng-ion, pemakaian bahan
kolkisin, dan penggunaan sinar X. Penyebab terjadinya mutasi disebut mutagen.
Mutagen dapat berasal dari:
1. Bahan fisika, misalnya radiasi
yang dipancarkan oleh bahan radioaktif.
2. Bahan kimia, misalnya fenol, benz pyrene, metil cholauthrene, metil
Hg, pestisida, formaldehid, colchicine.
3. Bahan biologi, misalnya virus penyebab
kerusakan kromosom. Virus hepatitis menimbulkan aberasi pada darah dan tulang.
Mutasi yang terjadi di dalam tubuh dapat berupa
perubahan somatis (mutasi autosom), dan perubahan generatif atau gametis
(mutasi kromosom seks). Perubahan somatis (mutasi autosm) terjadi pada jaringan
tubuh, misal epitel, otot,
tulang, dan saraf. Adapun perubahan generatif atau gametis (mutasi
kromosom seks) terjadi pada gonade (kelamin).
2.3 Kolkisin Menginduksi Poliploidi
Kolkisin (C22H25O6N)
merupakan suatu alkaloid berwarna putih yang diperoleh dari umbi tanaman Colchichum autumnale L. (Familia Liliaceae) (Suminah, et al., 2002),
sedangkan menurut Haryanti, et al. (2009) Kolkisin (C22H25O6N)
merupakan alkaloid yang mempengaruhi penyusunan mikrotubula, sehingga salah
satu efeknya adalah menyebabkan penggandaan jumlah kromosom tanaman (terbentuk
tanaman poliploid).
Kolkisin sering digunakan untuk menginduksi tanaman
poliploidi. Menurut Suryo (1995), larutan kolkisin pada konsentrasi kritis
tertentu akan menghalangi penyusunan mikrotubula dari benang-benang spindle
yang mengakibatkan ketidakteraturan pada mitosis. Suminah (2005) juga
menjelaskan bahwa kolkisin ini dapat menghalangi terbentuknya benang-benang
spindel pada pembelahan sel sehingga menyebabkan terbentuknya individu
poliploidi. Mansyurdin, et al. (2002) memaparkan bahwa semakin tingi
konsentrasi kolkisin makin tinggi persentase sel yang tetraploid, tetapi
persentase kematian kecambah makin tinggi pula.
III.
METODE KERJA
3.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pratikum kali
ini adalah gelas ukur, pipet ukur, timbangan analitik mikro, polybag, dan media
tanam
3.2 Bahan
Bahan yamg digunakan
dalm pratikum kali ini adalah benih tanaman 2n yaitu 9 semangka dan melon),
colchicine murni, aquades, lanoline, dan ethanol 90%.
3.3 Cara Kerja
3.3.1
Pembuatan Colchicine
a.
Memperoleh larutan colchicine 1.0% diperoleh dengan cara melarutkan 100mg
colchicine murni dalam 1-2 ml etanol 90%.
b.
Menambahkan 2 gram lanolin kemudian mengencerkan dengan aquadest sampai volume
10 ml. jika membutuhkan volume larutan yang lebih banyak, takaran tersebut
dilipat gandakan sesuai kebutuhan.
c.
Memasukkan biji melon dan semangka kedalam larutan tersebut dan menunggu untuk
ditanam selama 24 jam.
3.3.2
Pembibitan Tanaman
a.
Penanaman dilakukan pada pagi hari sekitar jam 06.00 WIB.
b.
Menyiapkan media tanam dengan campuran tanah, pupuk kandang dan arang sekam
dengan perbandingan 1:2:2
c.
Memasukkan media tersebut pada polybag, setiap polybag ditanami 2 biji tanaman
melon ataupun semangka.
IV. PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan
Pada hasil pengamatan terjadi pertumbuhan pada tanaman melon, pada daun tanaman melon lebih besar dan bentuk lebih membulat, batang juga lebih besar daripada tanaman melon pada umumnya tanpa adanya perlakuan colchicine. Namun untuk tanaman semangka tidak terjadi pertumbuhan. Menurut Soepomo (1968), tanaman yang diberi colchicine awalnya menunjukkan pertumbuhan yang agak lambat, tetapi pertumbuhan melebar lebih besar sehingga memperlihatkan bentuk yang tidak wajar. Setelah itu tanaman akan tumbuh normal. Faktor-faktor yang menyebabkan colchicine tidak bekerja dengan baik adalah perendaman biji yang terlalu lama. Hal ini menyebabkan biji-biji yang direndam banyak yang mati. Menurut Suryo (1995), sel-sel tumbuhan umumnya tahan terhadap konsentrasi larutan colchicine yang relatif kuat, tetapi penggunaan konsentrasi larutan yang terlalu kuat dalam waktu lama akan memberikan hasil yang kurang baik. Faktor yang lain adalah media tanam yang kurang memadai, daya efektifitas dari colchicine yang berubah disebabkan oleh sinar matahari, penyiraman yang kurang teratur, serta adanya faktor lingkungan yang tidak menguntungkan. Hal tersebut kemungkinan terjadi pada tanaman semangka.
Tanaman yang poliploid mempunyai jumlah kromosom lebih banyak dari pada tanaman diploid, maka biasanya tanaman kelihatan lebih besar (akar, batang, daun, bunga, dan buah), sel-selnya (tampak jelas pada sel-sel epidermis) lebih besar, inti sel juga lebih besar, berkas buluh pengangkutan mempunyai diameter lebih besar, stomata juga lebih besar (Suryo, 1995). Menurut Allard (1989), efek colchicine dapat meningkatkan volume (ukuran) dari bagian tanaman. Popyploidisasi colchicine mempunyai sel-sel lebih besar. Selama konsentrasi kritis colchicine dipertahankan dalam sel, pelipatgandaan diulang berkali-kali setelah 3 sampai 4 hari beberapa ratus kromosom dapat terjadi dalam beberapa sel. Jika efek colchicine hilang, sel-sel polyploid memproduksi inti anak seperti mereka sendiri. Hal ini juga sama dengan pendapat Crowder (1988), yaitu pemberian colchicine pada titik tumbuh dari tanaman akan mencegah pembentukan serabut gelondong dan pemisahan kromosom pada anafase dari mitosis, sehingga menyebabkan penggandaan kromosom tanpa pembentukan dinding sel. Biasanya konsentrasi 0,5 sampai 1% colchicine dapat mengakibatkan polyploidi. Apabila pemberian colchicine hanya sebentar saja, maka serat panjang akan terbentuk kembali dan sel-sel diploid akan membentuk dan memproduksi anak inti seperti induk
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada pratikum kali ini dapat disimpulkan
bahwa:
1.
Tanaman polyploidi merupakan tanaman
yang jumlah kromosomnya lebih banyak dari tanaman diploid, sehingga tanaman
nampak lebih besar.
2.
Hasil pengamatan tanaman melon dapat tumbuh lebih
besar sedangkan pada tanaman semangka tidak mengalami pertumbuhan.
3.
Pemberian kolkisin pada melon dapat
mempengaruhi jumlah kromosom. Pemberian kolkisin tersebut meningkatkan jumlah
dan menyebabkan variasi ploidi kromosom pada tanaman melon.
5.2
Saran
Praktikum
kali ini menggunakan bahan kimia yang berbahaya, sehingga diharapkan praktikan berhati-hati
dan jangan bergurau. Hasil mutan yang diamatin belum berhasil secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R. W. 1995. Pemuliaan
Tanaman. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.
Crowder. 2008. Genetika
Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Soepomo. 1968. Ilmu
Seleksi dan Teknik Kebun Percobaan.
Soeroengan: Jakarta.
Suminah,
Sutarno, A. D. Setyawan. 2002. Induksi
Dengan Kolkisin. BIODIVERSITAS. 3
(1) : 174 – 180.
Suryo. 1995. Sitogenetika. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Welsh, J.1991. Dasar-dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Penerbit Erlangga: Jakarta.
1 komentar
Tinted & Styled Titanium Hair Decor - Tinted & Styled
› product-detail › titanium-hair-decor-tinted › product-detail › titanium-hair-decor-tinted Titanium Hair titanium 4000 Decor · Tinted mens titanium braclets & head titanium ti s6 Styled - Tinted & titanium septum jewelry Styled titanium network surf freely - Tinted & Styled.
Silahkan Beri Komentar Saudara...